Retorika Jingga

Jingga, pantaskah ku caci hujan?
aku kesal ...
rintiknya hafal merapal matra nama
limpahan bulirnya menjarah benteng jiwa
menggenang bersarang bayang

Jingga, haruskah aku menghindari hujan?
Aku suka bercengkrama dengannya
Ku titip kan bait demi bait perjuangan
Di sisi lain, aku bertarung dengan hujan Jingga
demi menggugurkan semua kenangan dan angan

Jingga, mungkinkah aku benci hujan?
Tidak, aku hanya tidak menyukai
kehadirannya membonceng hujan
dalam tiap mega berhias senja
kebijaksanaanku terrajam
kebodohanku menjulang

Aku perih Jingga,
kupilih memar daripada tersayat..
ngilu jauh lebih indah dibandingkan pilu Jingga

Jingga, izinkan aku berpaling darimu
kutarik tirai mata, pejamkan dan terbenam
karena tidak ada cahaya tidak ada bayang
Insya Allah, gundah hati sejenak terredam

La haula wala Quwwata illa billah ...


August, 6th 2010 dalam kubikel berpayung senja

parade hujan Camomile bersanding Bintang

0 comments:

Posting Komentar

 
;