me

.

==============================================================

Perkenalkan, nama saya Rani.

Anak sulung dari tiga bersaudara yang mencari hidayah, berkah dan maisah di Jakarta

Minareler süngü, kubbeler miğfer Camiler kışlamız, mü’minler asker Bu iláhi ordu dinimi bekler Allahu Ekber, Allahu Ekber... (Recep Tayyib Erdogan)

-- Masjid adalah barak kami, Kubah adalah helm kami, Menara adalah bayonet kami, Orang-orang beriman adalah tentara kami. Tentara ini menjaga agama kami. Perjalanan suci kami adalah takdir kami, Akhir perjalanan kami adalah syahid (di jalan-Nya). Allahu akbar! --

Hope you enjoy my blog

.. <><><><><><><><><><><><><><><><><> ..


0 comments

p15,926,502

Bismillahirrahmaanirrahiim…

Ku ketikkan sepercik pengalaman 2 pekan lalu di hari.. Rabu, 14 April 2010. Aku hanya tahu metro p15 lah yang menelusuri rute sudirman menuju kebon sirih.. Namun detik tak mau berhenti, tak sedetik pun, tak seperti kisah Khalifah Umar bin Khattab.

Walpikir berserabutan opsi terulur.

Satu, naik ojek dan ini sangat kuhindari karena abang-abang ojek itu bukan mahram ku.

Kedua, naik busway, turun di halte Bank Indonesia, naik kopaja atau bis apa sajalah yang menuju Kebon Sirih.

Opsi ketiga., naik apa saja, asal tanya kondektur ” lewat Menara Kebon Sirih ga Bang? DPRD?! “

“Iya lewat. BI”

kutegaskan lagi “Kebon Sirih!!”,

“Iya” jawabnya..

Kamu pasti tahu aku pilih opsi urutan berapa kan? Ku pilih relaksasi sejenak diantara ibu setengah baya. Logika ku berkecamuk. 600 detik lagi kick off meeting, roda empat dan roda dua berebut menuju muara mereka masing masing tak maulah aku menghitung jumlahnya, kondektur nyaring bertutur “Senen, Harmoni, Juanda, Pasar Baru!!”

Glek., harmoni??? berarti mayasari ini lurus dong., secara logika roda empat ini tidak mencicipi Kebon Sirih. Arghh.. tuh abang bohong.. kesel aku !! Ga tau apa orang buru – buru. Huft..

“Ibu., bis ini lewat Kebon Sirih ya” , ku mengharap tabayun ku mendapatkan respon positif.

“Wah, Ibu ga tau neng. Ibu taunya lewat Pasar Baru.”

Ku coba lagi, “Setelah Sarinah bis ini lurus atau belok kanan Bu?” “Lurus neng, lewat Harmoni tuh”.

Ya Allah.. lirih ku dalam hati “Wah, abangnya ga jujur ni..” ucap ku lirih ditambah nafsu geregetan. “Abangnya ga tau kali neng, tar tegur aja” reda beliau.

“Uft., iya Bu. Ibu mau pulang kemana?”

“Ke Cempaka putih, neng rumahnya dimana? “

“Kelapa Gading”, tukasku.

“Jalan apa neng, tau alamat rumahnya Dude Herlino? Ibu mau jodohin dia dengan keponakan ibu. Keponakan Ibu cantik lho, umurnya 24 tahun baru lulus kemarin. Kalau ada alamatnya Ibu mau ngirim surat dan kenalin keponakan Ibu ke dia”

Huhu.. Dude Herlino? Alamat? “Wah saya ga tau Bu, Ibu googling aja”

“Oh iya ya, Ibu ga kepikiran” lanjutnya..

Kyaa… si Ibu ada ada saja… cengir cengir aja deh u dengerin si Ibu cerita ttg Dude Herlino, Naysilla, dan film film mereka. Di akhir pembicaraan aku berucap, ” Wah, film tentang keluarga banget ya Bu “

” Naysilla bodo ya, ga mau sama Dude” sergah si Ibu. “Perbedaan agama mutlak diantara mereka Bu, kalau Nay jadi muallaf kemungkinan bisa Bu. Tapi ini baru kemungkinan” timpal ku. Tidak ada pernikahan bagi dua insan beda keyakinan, harapan, dan pemahaman, itu jelas bagiku.

Bis hijau itu mendekati lampu merah Bank Indonesia. Panas menyekat, bercampur dengan peluh keringat, beradu dengan bising mesin, lamat lamat kuarahkan telinga menuju sumber suara.

“BI. Kebon Sirih. Kebon Sirih”

Yeah, itu suara si Abang yg merekrutku untuk bergabung di dalam bus nya. Setidaknya dia menunjukkan agar aku turun di lampu merah ini.

“Bu, saya turun duluan ya”

“Iya, hati hati ya” pesannya., “Sama sama Bu, senang bisa ngobrol bareng” sahutku sambil bergegas merapikan tas ransel dipundak.

Ditangga tahta sang kondektur,

“Bang, kata temennya lewat Menara Kebon Sirih?” protesku

“Iya mba, kebon sirih ke arah kanan, bis ini lurus. Kalau mba mau me Menara Kebon Sirih naik 507 atau metromini 502.” jawabnya sambil tersenyum

Jah.. meleleh deh.. “Ok. jadi saya nyambung lagi” nadaku menurun. “Iya mbak” sambutnya.

Kuturun dan menyembrang lampu merah. Menaiki 502 dan turunlah di depan gedung yang berada di bilangan Kebon Sirih untuk Kick Off meeting.

Seru. Haru. Baru.

Jadi kalau mau naik ke Kebon Sirih dari arah Sudirman ada beberapa jalan. Banyak jalan menuju Kebon Sirih.

1. Naik Motor

2. Naik mobil pribadi

3. Naik Taksi

4. Naik Ojek

5. Naik apa aja asal lewat BI (ex. 926, kopaja19, busway, 640), turun di BI nyambung metro 502 atau mayasari bakti 507

0 comments

Mendengarkan petuahmu

"sesungguhnya enkau belum terhitung menasihati saudaramu, sebelum engkau menyuruhnya untuk melakukan sesuatu yang ia tidak mampu melakukannya"

Hasan Al-bashry (al wafie hal 43 al-ithisom,2003 cet. 7)

berdasarkan perkataan di atas, maka nasihat bukanlah sesuatu yang melewati batas dari kemampuan. tapi hal yang seharusnya bisa di lakukan. tetapi tak bisa atau tidak jadi di lakukan dengan segala alasan yang ada.

Mengumpulkan teman-teman untuk saling mengawasi satu dengan lainnya dalam menjauhi kemaksiatan. Nasihat, kritik, teguran, aspirasi, benar-benar kami perlukan di jalan ini. Siapapun kami. Kami tidak membayangkan andai perjalanan ini berlalu tanpa ada teguran, nasihat, kritik, yang sampai kepada kami. Sesungguhnya mendegarkan nasihat, teguran, maupun kritik itu adalah pahit. Tapi keberadaannya seperti seseorang memakan obat yang tidak enak. Sedangkan manfaatnya adalah pelurusan dan keinsyafan. Sesungguhnya hak yang wajib ditunaikan dari persaudaraan adalah bersungguh-sungguh menyampaikan nasihat dan saling melarang yang tidak baik untuk memelihara kebenaran di antara dua saudara.(beginilah jalan dakwah mengajarkan kami)


Dusta jika ada manusia tidak butuh nasihat, sombong jika ada manusia tidak butuh bimbingan. Kita semua membutuhkannya. Sebab manusia itu memiliki potensi benar dan salah, Allah Ta’ala berfirman:


“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”
(QS. Asy Syams (91): 8)

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”

(QS. Fathir (35): 6)


Dengan potensi kefasikan yang sudah ada saja sudah cukup bagi manusia untuk melakukan penyimpangan, ditambah lagi adanya gangguan syaitan la’natullah ‘alaih, yang selalu mengajak manusia ke jalan yang sesat menjadi pengikut mereka.


Inilah budaya yang bermanfaat buat orang beriman, Allah Ta’ala berfirman:


“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”

(QS. Al ‘Ashr (103): 1-3)



“Dan tetaplah memberi peringatan, karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.”
(QS. Adz Dzariyat (51): 55)


Ya, peringatan ini bermanfaat untuk hati orang-orang mukmin (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 7/425) karena hatilah panglima aktifitas menuju perubahan dan perbaikan. Kecerdasan manusia tidaklah mencukupi jika hati belum ada kemauan untuk berubah.


Demikianlah, keterpeliharaan persaudaraan kami justru ditopang oleh nasihat. Jika kami mengabaikan nasihat, persaudaraan kami justru akan mudah hancur. Kami di jalan ini, harus berusaha lapang menerima kritikan, masukan, nasihat, dari sesama saudara. Dan kami di jalan ini, juga harus mampu menyampaikan nasihat, kritikan, masukan dengan adab-adabnya untuk saudara-saudara kami.
0 comments

Jika ALAYers dilarang kerja di dunia IT

agan2 sekalian tau kan para ALAYers yg suka nulis dengan style yg aneh... sampe2 untuk baca aja bisa bikin muntah darah........




kabar terakhir sih mereka yg mengidap alay tidak diperkenankan untuk bekerja di bidang IT gan, terutama untuk posisi programmer.....


misalnya saja untuk coding website, bakal kacao gan kalo mereka nulisnya kyk gini:


* kalau susah baca codenya klik aja di picture nya atau ya memang tulisan alay ers sulit untuk dibaca.. Qiqiqiqiq ...


itu baru coding beginner untuk website gan... gimana untuk programming software....?



sumber : cacing anil kaskuser
0 comments

Pena Telah Kering dan Lembaran Telah Dilipat

Segala sesuatu itu ada dan akan terjadi sesuai dengan ketentuan qadha dan qadar. Ini merupakan keyakinan setiap muslim, para pengikut setia Rasulullah SAW. Yakni keyakinan mereka bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak akan pernah ada dan terjadi tanpa sepengetahuan, izin dan ketentuan Allah SWT.

Tiada suatu bencana pun yang terjadi di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis di dalam kitab Lauh al-Mahfudz sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(QS Al-Hadid: 22)

Dan, sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
(QS Al-Baqarah: 155)


Cobaan bagi seorang mukmin adalah kebaikan, “Sungguh unik perkara orang mukmin itu! Semua perkaranya adalah baik. Jika mendapat kebaikan ia bersyukur, maka itu menjadi kebaikan baginya. Dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka itupun sebuah kebaikan baginya. Dan ini hanya akan terjadi pada orang mukmin,” demikian Rasulullah bersabda.

Rasulullah juga telah berpesan, “Jika engkau memohon, maka memohonlah kepada Allah, jika engkau minta pertolongan mintalah kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya seluruh makhluk berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu niscaya mereka tidak akan mampu memberikannya, selain yang telah ditetapkan Allah bagimu. Dan, seandainya mereka semua berkumpul untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu selain yang telah ditetapkan Allah atasmu. Pena-pena telah kering dan lembaran-lembaran telah dilipat.”

Dalam sebuah hadits shahih yang lain disebutkan, “Ketahuilah bahwa apa yang akan menimpamu tidak akan pernah luput dan apa yang tidak akan menimpamu tidak akan pernah menimpamu.”

Pernah pula Rasulullah mengatakan pada sahabatanya yang mulia, “Pena telah kering, wahai Abu Hurairah, berkaitan dengan apa yang akan engkau hadapi.”

Di lain waktu Rasulullah memberikan panduan, “Kejarlah apa yang bermanfaat untukmu, dan mintalah pertolongan kepada Allah. Jangan mudah menyerah dan jangan pernah berkata, 'Kalau saja aku melakukan yang begini pasti akan jadi begini.' Tapi katakanlah, 'Allah telah mentakdirkan, dan apa yang Dia kehendaki pasti akan Dia lakukan.'”

Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah dia bersabda, “Allah tidak menentukan sebuah qadha bagi hamba kecuali qadha itu baik baginya.”

Berkaitan dengan hadist ini, Syaikhul Islam Ibnu Taimyah pernah ditanya, "Apakah maksiat itu baik bagi seorang hamba?" Beliau menjawab, "Ya! Namun dengan syarat dia harus menyesali, bertaubat, beristighfar, dan merasa sangat berasalah."

Allah berfirman, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." (QS Al-Baqarah: 216)

***

Dinukil dari: Laa Tahzan karya Dr. Aidh Al-Qarni
0 comments

!!! T.O.T.A.L.I.T.A.S !!!

Sebuah kalimat yang keluar dari lisan kreator dakwah Imam Syahid Hasan Al-Banna,


“Dakwah ini tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap, TOTALITAS!!! Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama dakwah, dan dakwah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memikul amanah ini, ia terhalang dari pahala besar mujahid dan tertinggal bersama orang-orang yang duduk. Lalu Alloh akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup memikul beban dakwah ini”.



Menjadi prinsip umum yang kita fahami dalam aktifitas dakwah, bahwa apabila kita telah memilih dakwah menjadi panglima dalam setiap gerak dan langkah hidup kita, maka yang selanjutnya harus kita miliki dalam merentasi jalannya adalah sikap hidup yang totalitas. Imam syahid telah menggariskan satu dari prinsip dakwah ini dalam rukun bai’at yang sepuluh yang ia wakilkan dengan kata tajarud.


Mencoba menyelami samudera hikmah dari prinsip ini, betapa Imam syahid memiliki pemahaman terhadap jalan dakwah yang mulia ini. Bahwa di antara beragam pilihan hidup dan warna-warninya, maka dakwah adalah satu di antaranya yang dapat kita pilih. Terserah kepada kita, apakah kita memilihnya, atau mencampakannya untuk beralih pada pilihan orientasi aktifitas kehidupan yang lain. Pilihannya hanya ada dua dan tidak ada yang ketiga. Masuk dan melebur secara totalitas di dalamnya, atau tinggalkan semuanya. Tidak ada pilIhan untuk memilih di antara keduanya pada sebagiannya saja. Untuk dakwah segini, untuk selainnya segitu, tidak sekali-kali tidak.


Maka dakwah, untuk selanjutnya adalah pengorbanan (tadhiyah), sebagai konsekwensi dari totalitas (tajarud). Bahwa ia adalah pilihan sempurna kita terhadap cita-cita perjuangan. Pun terkadang ia akan berbenturan dengan sebentuk harapan dan cita-cita kita yang lain, menjadi niscaya untuk kita agar tetap menjadikan dakwah sebagai seutama orientasi dan permulaan misi, dalam segala peran dan status apapun, di waktu kapanpun. Maka keluarlah kalimat yang terkenal itu, Nahnu du’at qobla kulli syai’in, Bahwa kita adalah da’i sebelum segala sesuatu, begitu, dan selamanya harus selalu seperti itu. Oleh karena itu tadhiyah atau pengorbanan adalah salah satu hal yang menjadi niscaya dalam hidup kita. Pengorbanan yang bukan hanya sedikit saja, tapi pengorbanan yang banyak, sebanyak apapun yang kita miliki. Sebanyak apa yang kita rasakan dari dua frase yang sering di ulang-ulang dalam Al-Qur’an tentang harga dari sebuah pengorbanan di jalan Alloh, bi amwaal wa anfuus, dengan harta dan jiwa. Ya, pengorbanan agung yang sering di ulang-ulang itu adalah pengorbanan dengan harta, pula dengan jiwa. Sudahkan kita mempersembahkan kedua pengorbanan itu dalam tingkat yang optimal seperti yang Alloh maksudkan. Pengorbanan harta berarti menjadikan amanah harta yang kita miliki menjadi bekal yang kita sumbangkan bagi dakwah ini. Dan pengorbanan jiwa berarti kerelaan kita untuk menjadikan nyawa ini sebagai harga dari syurga atau kemenangan bagi Islam yang mulia. Maka demi merenungi dua frase yang menjadi bentuk pengorbanan dalam dakwah yang sudah Alloh gariskan dalam Al-Qur’an, kelihatannya apa yang kita lakukan belumlah apa-apa. Kita memang bukan seorang Abu Bakar yang telah menginfakkan seluruh hartanya untuk Alloh dan rosul-Nya di jalan dakwah, dan tidak sedikitpun menyisakan untuk diri dan keluarganya. Kitapun mungkin tidak sanggup seperti Umar yang “hanya” berani menyisihkan separuh perbendaharaan harta yang dimiliki untuk perkembangan dakwah ini. Tidak, kita tidak akan sanggup menyamai prestasi mereka dalam segala apapun konteksnya.


Oleh karena itu ikhwan wa akhwat fillah, mari kita coba bercermin diri atas seberapa banyakkah pengorbanan yang kita berikan bagi dakwah ini. Saya tidak mencoba membawa tema diskusi pengorbanan ini dalam konteks harta apalagi jiwa seperti suatu tabiat perjuangan yang di tegaskan dalam Al-Qur’an bukan hanya sekali itu. Belum, kita belum sanggup untuk berbicara mengenai standar harta dan jiwa sebagai harga niscaya yang harus kita persiapkan demi menyongsong kemuliaan anugerah syurga atau kehidupan mulia di dunia. Karena pengorbanan kita sampai detik ini hanya memprasyaratkan waktu dan tenaga yang tidak seberapa demi aktifitas dakwah yang kita rentasi ini. Itupun banyak dari kita yang lebih sering menjalankan hanya dalam skala yang minimal saja. Berapa banyak porsi waktu, tenaga, maupun perhatian yang kita curahkan demi perkembangan dakwah ini. Yang ada, tiap kali ada tugas yang ada sangkut pautnya dengan dakwah yang di berikan oleh mas’ul dakwah kita, kita lebih sering berapologi dengan menjadikan kuliah atau hal lain sebagai “pembenar” atas tindakan kontraproduktif kita dalam dakwah. “Afwan akh, ane lagi sibuk ngerjain tugas, terus praktikum, terus ada kuis, terus ini, terus itu, jadi ngga bisa nyelesein tugas dakwah yang antum berikan. Ane minta toleransi waktu beberapa hari lagi ya”, begitu mungkin fenomena yang sering terjadi. Sebenernya saya pun tidak melihat fenomena itu menjadi suatu masalah, karena memang kita tengah dalam tahapan pembelajaran penyeimbangan peran. Tapi menjadi permasalahan ketika pada kesempatan selanjutnya, setelah masa toleransi waktu habis, maka yang terlontar lagi-lagi apologi, “Afwan akh, beberapa hari ini ternyata ane harus ini dan harus itu, jadinya tugas yang dari antum belum juga dapat diselesaikan”. Namun, dari apologi yang diilustrasikan di atas pun masih saya sangat syukuri. Karena minimal aktifitas penghambatnya masih terhitung produktif, yaitu tentang tugas dan kepentingan perkuliahan. Asal jangan waktu-waktu itu terisikan dengan perbuatan-perbuatan sia-sia yang sama sekali tidak ada manfaatnya, banyak menonton tv misalnya, atau banyak santai dan berleha-leha, istirahat dan tidur yang berlebihan, dan lain-lain. Tapi jika hal-hal seperti itu masih terjadi dalam kehidupan dakwah antum, maka sepertinya harus ada yang harus dibenahi mengenai pemahaman antum tentang dakwah.


Ikhwan wa akhwat fillah, sungguh dakwah ini meniscayakan pengorbanan. Dan satu wujud pengorbanan dan sangat mungkin untuk kita praktikkan adalah pengorbanan pencurahan perhatian baik waktu maupun tenaga untuk dakwah ini. Dalam kesendirian antum, dalam keluangan waktu antum, dalam roda kesibukan aktifitas antum, dalam segala apapun jenak kehidupan antum, jangan biarkan ia terlengah dari orientasi dakwah. Pun bagi antum yang sampai saat ini masih memiliki banyak waktu luang. Daripada antum tidur atau menonton acara tv yang kontraproduktif, saya pikir akan sangat lebih baik bagi antum ketika antum mencoba memikirkan dakwah ini. Atau minimal, antum bisa membaca dan menghafal qur’an, melahap buku, melakukan silaturrahim dakwah atau apapun yang bernilai positif, bagi antum maupun bagi dakwah. Terutama waktu-waktu “rawan” seperti habis shubuh, jangan biarkan ia tersia dengan kembalinya antum ke peraduan yang berselimutkan kelelapan. Karena salah satu hal yang di ajarkan Rosul sang tauladan adalah memproduktifkan waktu di saat-saat waktu ini. Bahkan Rosul berdoa khusus kepada Alloh untuk memberkahi umat Islam ketika di waktu paginya. Tentunya keberkahan yang turun berbarengan dengan kesungguhan dalam bergerak, bukan dalam diam, apalagi dalam tidur yang lelap. Maka kata kunci dalam pengorbanan di jalan dakwah hanya satu, tidak lain dan tidak bukan ialah jiddiyah, atau kita kenal dengan kesungguhan. Maka ikhwah, mari kita berlomba, dalam pengorbanan, dalam kesungguhan, bukan dalam hal bermalas-malasan.


Kami berbaiat kepada Rasulullah SAW pada Bai’atul Harbi untuk mendengar dan setia, baik pada waktu susah mupun senang, tidk akan berpecah belah, akan mengatakan kebenaran di mana saja berada, dan tidak akan takut kepada siapapun di jalan Allah (Biat Aqabah II)


Sumber:Pena Peradaban


0 comments

.:. human .:.

Manusia itu terdiri dari 2 unsur utama yaitu..
RUH & TANAH

"Kemudian DIA menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-NYA ke dalam (tubuh)nya dan DIA menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur."
(Q.S. As-Sajadah: 9)

"Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian DIA menetapkan ajal (kematianmu), dan batas waktu tertentu yang hanya diketahui oleh-NYA. Namun demikian kamu masih meragukannya."
(Q.S. Al-An'am: 2)

Ruh ditiup ke rahim selama 120 hari. Hubungan antara Ruh dan Tanah sangat berkaitan, tidak akan dapat bergerak jika hanya ada jasad manusia tanpa ruh. Dan sebaliknya, tak akan dapat berguna manusia jika hanya ada ruh tanpa ada jasad yang menopangnya.

ALLAH memberikan manusia potensi :
- HATI
- AKAL
- JASAD

.:. HATI .:.

Hati sebagai tempat kemauan atau kehendak atau azzam. Hati tempat bermulanya kehendak, fungsinya membedakan antara al haq dan al bathil..

ALLAH berfirman dalam Q.S. Qaf: 16

"Dan sungguh, KAMI telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan KAMI lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya."


.:. AKAL .:.

Disinilah ALLAH menghidayahkan akal kepada manusia. Dimana dengan akal dan ilmu yang ALLAH turunkan melalui Al-Qur'an, kita dapat mengetahui yang mana yang benar dan mana yang salah.

"ALLAH menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-NYA kepada jalan yang lurus (Islam)."
(Q.S. Yunus: 25)

Arti kalimat Darussalam ialah: tempat yang penuh kedamaian dan keselamatan. Pimpinan (hidayah) ALLAH berupa akal dan wahyu untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

.:.JASAD .:.

Jasad sebagai sarana manusia untuk berbuat apa saja yang hatinya kehendaki dan akalnya yang menyetujui. Dan jasad ini pun akan dimintai pertanggung jawabannya nanti.

"Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri."
(Q.S. Al-Qiyamah: 14)


Dari hati, akal dan jasad maka ALLAH SWT menitipkan AMANAH yaitu Amanah IBADAH dan KHALIFAH..

"DIA-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa diri sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi TUHANnya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka."
(Q.S. Faathir: 39)

Potensi yang diberikan kepada manusia akan berjalan baik dan tersalurkan dengan baik apabila manusia mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya. Segala potensi pada manusia diperuntukkan dan disediakan Allah SWT agar manusia dapat menjalankan ibadah dan melaksanakan fungsi khalifah.


Dengan potensi yang dimiliki inilah, manusia dikehendaki mampu menjalankan misi sebagai khalifah yang diamanahkan kepada manusia oleh Allah SWT, padahal makhluk lainnya enggan untuk memikul tugas ini karena beratnya.


Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,”
(QS.33:72)

0 comments

Would you do me a favor?


Berawal dari email sahabat dg cc :: Would you do me a favor? :: yang intinya

I would like to ask your opinion about this several issues:
#1. what is life all about?
#2. why do we have to get married and have kids? or this is just an option?
#3. why do we have to be born?
-------------------------------------------------------------------------------------

Dan menurut pandangan & pemikiran ku :
I think,., had better to answer your questions in Indonesian language.

Penciptaan manusia dilakukan oleh Allah. Manusia pertama yang diciptakan Allah adalah Nabi Adam, knp Allah SWT menciptakan Nabi Adam? Allah sdh menjawabnya melalui firmannya yg ada di Al - Quran, QS. adz-Dzariyat: 56

" Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. "

So., I think, manusia dilahirkan untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT secara total atau menyeluruh dg mencakupi seluruh aspek dan gerak kerja dalam kehidupan. Semua hal yg kita lakukan hendaklah disandarkan dengan niat untuk beribadah kepada Allah SWT., baik secara vertikal (kpd Allah) ataupun yg secara horizontal (sesama makhluk).

Allah menciptakan manusia untuk di uji ketabahan nya dalam menghadapi masalah dan cobaan yang datang. Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna karena memiliki akal., karena itu Allah meminta manusia untuk mempergunakan akal nya untuk menentukan/memilih jalan hidupnya. Untuk beraqidah, beribadah dan bermuamalah serta berakhlaq sesuai dengan tuntunan sosok teladan manusia pilihan., Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Allah tahu persis bahwa tidak ada manusia yang bisa mengarungi hidup ini sendiri, bahagia dan luka akan terasa istimewa ketika cinta itu ada. Oleh karena itu, diciptakanlah Hawa sebagai pendamping Adam…

Bersama-sama, mereka kemudian membentuk keluarga dan mulai beranak-cucu di muka bumi., bayangin deh kl ga ada Hawa., mungkin Adam tidak bisa melakukan apa apa dimuka bumi ini.,mau ngapain coba?

Jika Allah tidak menciptakan seorang pendamping yang pantas untuk Adam di muka bumi, dan pastinya bukan hanya raga Hawa yang diberikan kepada Adam tapi Allah juga menitipkan CINTA diantara mereka berdua.,, hingga terlahirlah kita sbg anak cucu Adam.
Kita yg dilahirkan oleh bunda merupakan buah dari cinta dan perkawinan ayah bunda, dimana kehadiran kita akan semakin mempererat hubungan cinta dan kasih sayang diantara ayah bunda.

Ketika kita dilahirkan ke dunia, modal awal yg dimiliki adalah kemampuan memilih karena kita dikaruniai akal.,. betul? Kemudian kita tumbuh besar dengan kemampuan itu.
Hidup kita adalah konsekuensi dari pilihan kita. Untuk memimpin dan menguasai kehidupan kita harus memahami realitas, memilih realitas dan memelihara serta menjaga pilihan realitas. Tapi kita harus menjaga diri, agar pilihan kita tidak bertentangan dg jalur yg tdk diperkenankan Allah SWT.

Sebisa mungkin jalani hidup dengan 2 pegangan Al Quran & hadist. Insya Allah pilihan kita diberkahi oleh Allah. Proses memilih akan terus terjadi sampai roh kita dicabut dr raganya.

" Ya Allah, smg hamba Mu berada di jln Mu saat peristiwa tsb terjadi"
amin... rindu mati tp blm banyak bekal u mati...

Allah telah menganugrahi Cinta pada tiap tiap makhluknya., fitrah yang diciptakan Allah SWT di dalam jiwa manusia. Saat kita dewasa dan telah mencapai kematangan pikiran dan fisik sadar atau tidak ada rasa kecenderungan kepada lawan jenisnya.

Ketika kita beranjak dewasa dan mulai berpikir untuk menjalin ikatan suci berupa pernikahan, kenapa kita masih berusaha untuk membatasi hati agar tidak cenderung atau tertarik pada satu sosok lawan jenis. Padahal sebagai manusia normal sudah menjadi fitrah jika kita akan tertarik pada lawan jenis. Kecenderungan hati untuk tertarik pada seseorang akan muncul dan mungkin sulit untuk dihindari. Hanya tinggal bagaimana kita menyikapinya. Bagaimana kita berhati-hati dalam memelihara cinta ini yang kan kita tumpahkan kelak ketika kita telah menikah dengan seseorang yang telah membuat hati kita cenderung kepadanya.

Jika kita telah merasakan kecendrungan hati terhadap seseorang dan kita telah yakin bahwa kecendrungan hati kita juga karena pertimbangan kebaikan agama orang tersebut, maka segeralah menikah. Ini adalah upaya agar kita tidak terjebak pada perasaan cinta yang menjebak, cinta yang buta, cinta yang melenakan, merapuhkan dan bahkan menyesatkan sehingga kita mengotori kemurniannya.

Pun.. jika tidak siap meminangnya.. tetaplah mencintainya dalam diam.

Saat kita berajak dewasa dan dihadapkan pada satu kata "nikah" , terjadi kembali sebuah pilihan. Pilihan akankah kita menikah? jika ya, dengan siapa? kpn? dimana? Semua pilihan, tp ingat!! sbg muslim kita berpegang pd quran & hadist..

Menikah merupakan sunnah rasul., hukumnya sunah. Tapi hukum nikah bisa berubah secara kondisional, bisa jadi wajib,makruh dan haram. So, be carefull aj ya., semua kembali kpd niat menikah...

Sbg muslim yg taat, sdh pasti mengikuti sunah rasul kan. Jgn sampai deh hari perhitungan nanti ga termasuk ke dalam golongan Rasulullah.... naudzubillahi min dzalik..
secara psikologi, menikah itu penting. ???? apalagi agama ya...
Waktu sma sering denger kl manusia itu "makhluk sosial" ?
Sifat fitrah manusia,, memiliki seseorang dlm hidup yg bisa dijadikan t4 sharing, bs berbagi suka dan duka dengan orang yang dipercaya, saling menghargai dan mengerti satu sama lain, memberi ketentraman hati, dan saling menjaga + mengasihi....

Siapa yg akan setia mendampingi kita sebegitunya sampai akhir hayat nanti? Kawan? Keluarga? mungkinkah?
Yang plg memahami., mengerti., dan menyayangi kita adalah org yg hidup dg kita., dekat dengan kita. Pastinya ayah n bunda dong., selain itu ya suami/istri kita. bukan tidak mungkin separuh hidup kita akan dihabiskan bersamanya (suami kl wanita or istri kl pria).

Nah., ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan ini terdapat dalam pernikahan. Kenapa?? Karena menikah akan dapat menyempurnakan agama, membuka pintu rezeki dan menjadi ladang amal bagi yang melakukannya. Pernikahan adalah fitrah kemanusiaan. Karenanya Islam menganjurkan, sebab nikah merupakan gharizah insaniyah. Islam memberi penghargaan tinggi pada pernikahan dan Allah menyebutnya sebagai ikatan yang kuat.

Pernikahan merupakan sarana untuk membina keluarga yang Islami. Penghargaan Islam terhadap ikatan pernikahan besar sekali. Demikian agungnya ikatan pernikahan hingga sebanding dengan separuh agama.

Anas bin Malik RA berkata: “Telah bersabda Rasulullah SAW: Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi”. (Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim).

Dan hubungan pernikahan bukanlah semata-mata didasari oleh hubungan fisik dan materi tapi juga emosi dan mental yang mana dalam kehidupan perkawinan memegang peranan yang sangat besar dibandingkan hanya dengan kematangan fisik dan kecukupan harta.

Begitulah, keputusan dua insan berbeda untuk menikah tentunya dengan pertimbangan matang dan mengerti tujuan dari pernikahan dan perbedaan akan disatukan dalam perkawinan. Hingga pemahaman-pemahaman dari ini diharapkan akan membawa pada keharmonisan dan kelangsungan pernikahan pada keabadian.

Kenapa jg musti punya anak???
Anak sebagai keturunan merupakan sebuah ladang amal.,anak merupakan pelanjut keturunan, generasi muslim baru,, Kehadiran anak sbg bibit2 jundullah sangat diperlukan. Sebab dengan jumlah ummat yang banyak, maka kekuatan ummat islam akan bertambah, baik kekuatan militer, ekonomi., dengan adanya generasi yang berjuang dijalan Allah dan membela agamanya akan menggetarkan orang kafir dan zionis biadab itu.

Yang tak kalah pentingnya, dalam pernikahan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan membentuk generasi yang berkualitas yaitu mencetak anak yang shalih dan shalihah serta bertaqwa kepada Allah SWT. Keturunan yang shalih tidak akan diperoleh melainkan dengan tarbiyah Islam (pendidikan Islam) yang benar.

ada hadist nabi yg blg kl doa anak shalih tdk terputus kan, seperti bunga bank, walapun ayah bunda nya sdh meninggal, tp amal tsb tetap mengalir krn anak yg shalih tadi..
So.,jadi anak yg shalih dan membentuk karakter anak mjd shalih yuk.
Anak mentrentramkan jiwa., apalagi bayi yg msh imut2.. kl pulang kerja, Keponakan, Anak tetangga aja disayang2 apalagi nanti kl punya anak sendiri.,,

So far., I think it's all about love...
Cinta Allah kepada manusia., hingga menjadikannya khalifah di muka bumi
Cinta manusia kepada Allah., atas nikmat Iman & Islam yang telah diberikan
Cinta manusia kepada manusia., ayah bundanya., adik & kakaknya., pasangan hidupnya, anaknya., dan org2 disekitarnya.,

Dan mencintai adalah suatu keputusan bukan pilihan...
 
;