Bismillahirrahmaanirrahiim…
Ku ketikkan sepercik pengalaman 2 pekan lalu di hari.. Rabu, 14 April 2010. Aku hanya tahu metro p15 lah yang menelusuri rute sudirman menuju kebon sirih.. Namun detik tak mau berhenti, tak sedetik pun, tak seperti kisah Khalifah Umar bin Khattab.
Walpikir berserabutan opsi terulur.
Satu, naik ojek dan ini sangat kuhindari karena abang-abang ojek itu bukan mahram ku.
Kedua, naik busway, turun di halte Bank Indonesia, naik kopaja atau bis apa sajalah yang menuju Kebon Sirih.
Opsi ketiga., naik apa saja, asal tanya kondektur ” lewat Menara Kebon Sirih ga Bang? DPRD?! “
“Iya lewat. BI”
kutegaskan lagi “Kebon Sirih!!”,
“Iya” jawabnya..
Kamu pasti tahu aku pilih opsi urutan berapa kan? Ku pilih relaksasi sejenak diantara ibu setengah baya. Logika ku berkecamuk. 600 detik lagi kick off meeting, roda empat dan roda dua berebut menuju muara mereka masing masing tak maulah aku menghitung jumlahnya, kondektur nyaring bertutur “Senen, Harmoni, Juanda, Pasar Baru!!”
Glek., harmoni??? berarti mayasari ini lurus dong., secara logika roda empat ini tidak mencicipi Kebon Sirih. Arghh.. tuh abang bohong.. kesel aku !! Ga tau apa orang buru – buru. Huft..
“Ibu., bis ini lewat Kebon Sirih ya” , ku mengharap tabayun ku mendapatkan respon positif.
“Wah, Ibu ga tau neng. Ibu taunya lewat Pasar Baru.”
Ku coba lagi, “Setelah Sarinah bis ini lurus atau belok kanan Bu?” “Lurus neng, lewat Harmoni tuh”.
Ya Allah.. lirih ku dalam hati “Wah, abangnya ga jujur ni..” ucap ku lirih ditambah nafsu geregetan. “Abangnya ga tau kali neng, tar tegur aja” reda beliau.
“Uft., iya Bu. Ibu mau pulang kemana?”
“Ke Cempaka putih, neng rumahnya dimana? “
“Kelapa Gading”, tukasku.
“Jalan apa neng, tau alamat rumahnya Dude Herlino? Ibu mau jodohin dia dengan keponakan ibu. Keponakan Ibu cantik lho, umurnya 24 tahun baru lulus kemarin. Kalau ada alamatnya Ibu mau ngirim surat dan kenalin keponakan Ibu ke dia”
Huhu.. Dude Herlino? Alamat? “Wah saya ga tau Bu, Ibu googling aja”
“Oh iya ya, Ibu ga kepikiran” lanjutnya..
Kyaa… si Ibu ada ada saja… cengir cengir aja deh u dengerin si Ibu cerita ttg Dude Herlino, Naysilla, dan film film mereka. Di akhir pembicaraan aku berucap, ” Wah, film tentang keluarga banget ya Bu “
” Naysilla bodo ya, ga mau sama Dude” sergah si Ibu. “Perbedaan agama mutlak diantara mereka Bu, kalau Nay jadi muallaf kemungkinan bisa Bu. Tapi ini baru kemungkinan” timpal ku. Tidak ada pernikahan bagi dua insan beda keyakinan, harapan, dan pemahaman, itu jelas bagiku.
Bis hijau itu mendekati lampu merah Bank Indonesia. Panas menyekat, bercampur dengan peluh keringat, beradu dengan bising mesin, lamat lamat kuarahkan telinga menuju sumber suara.
“BI. Kebon Sirih. Kebon Sirih”
Yeah, itu suara si Abang yg merekrutku untuk bergabung di dalam bus nya. Setidaknya dia menunjukkan agar aku turun di lampu merah ini.
“Bu, saya turun duluan ya”
“Iya, hati hati ya” pesannya., “Sama sama Bu, senang bisa ngobrol bareng” sahutku sambil bergegas merapikan tas ransel dipundak.
Ditangga tahta sang kondektur,
“Bang, kata temennya lewat Menara Kebon Sirih?” protesku
“Iya mba, kebon sirih ke arah kanan, bis ini lurus. Kalau mba mau me Menara Kebon Sirih naik 507 atau metromini 502.” jawabnya sambil tersenyum
Jah.. meleleh deh.. “Ok. jadi saya nyambung lagi” nadaku menurun. “Iya mbak” sambutnya.
Kuturun dan menyembrang lampu merah. Menaiki 502 dan turunlah di depan gedung yang berada di bilangan Kebon Sirih untuk Kick Off meeting.
Seru. Haru. Baru.
Jadi kalau mau naik ke Kebon Sirih dari arah Sudirman ada beberapa jalan. Banyak jalan menuju Kebon Sirih.
1. Naik Motor
2. Naik mobil pribadi
3. Naik Taksi
4. Naik Ojek
5. Naik apa aja asal lewat BI (ex. 926, kopaja19, busway, 640), turun di BI nyambung metro 502 atau mayasari bakti 507
0 comments:
Posting Komentar