Rembulan (hanya sebentar) menyapa Ramadhan

Diriwayatkan dari al-Hasan bin Abul Hasan al-Bashri bahwa ia melewati suatu kaum yang tengah tertawa, lalu ia berkata: Sesungguhnya Allah menjadikan bulan Ramadhan sebagai arena perlombaan melakukan ketaatan bagi makhluk Nya, kemudian ada orang-orang yang berlomba hingga menang dan ada pula orang-orang yang tertinggal lalu kecewa. Tetapi yang sangat mengherankan ialah pemain yang tertawa-tawa di saat orang-orang berpacu meraih kemenangan.

Dari sisi jendela tampak syafaq sudah lenyap, awan putih itu menjelma gelap. Berkas-berkas buah perbincangan senja masih setia menemaniku saat sesekali kucuri pandang kunang-kunang yang hinggap di pongahnya gedung-gedung seberang. Sayup-sayup melodia lembut berkumandang, melafalkan pengagungan penuh ketentraman. Sensasinya hadir kembali, menelusup dan menjamahi pelosok pelosok relung jiwa. Hmm, detak detak frekuensinya selaras dengan hati. Alhamdulillah, masih kurasakan getarannya pasti.

Aku masih saja di kubikel ini, mengatupkan mata untuk menikmati tiap tarikan udara. Perlahan kuhela larik demi larik karbon dioksida untuk menahan isak yang berbaur kesal. Keegoanku masih bertingkah atas kodrat ini. Selalu begitu bila rembulan menyapa. Qiyamur Ramadhan aku diamkan, bukan karena ‘meringankan’, bukan karena ‘kesibukan’, dan bukan juga karena ‘meninggalkan’, namun karena memang telah digariskan.

Pada malam pertama Ramadhan seakan kesempatanku terrenggut paksa. Kau tahu, aku serasa terguling-guling dalam kepekatan. Tercerabik dalam ketidakadilan. Heuh, kesall.

Bukan, bukan umat Rasulullah jika terus mencaci.

Allah Maha Adil, Sayang. Bukankah artinya Dia memberimu kesempatan untuk bermunajat di sepuluh hari terakhir bulan istimewa ini. Bukankah artinya Dia memberimu kesempatan untuk taqqarrub kepadaNya. Bukankah artinya Dia memberimu kesempatan untuk mengerjakan puncak ibadah di Ramadhan ini.

Tidakkah kau sering mendengar hadist ini ?

آَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَه

“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika memasuki sepuluh hari terakhir menghidupkan malam harinya, membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya” (HR Bukhari dan Muslim).

Ingat .. Allah Maha Adil, Sayang ..

Lebih dari itu.. Dia memberimu kesempatan mencari malam kemuliaan milik Nya. Malam Lailatul Qadr yang merupakan salah satu teristimewa bagi umat Islam, yakni malam penuh ibadah, malam penuh ketaatan. Renungkanlah, tak semua makhluk memiliki kesempatan ini, tidak perempuan, bahkan laki-laki pun.

Allah telah memberikan kesempatan bagimu. Takkan ku sia-siakan walau sedetik pun. Kurangkai puzzle Ramadhan yang telah berserakkan. Kita mulai dimalam ini juga, euphoria kemantapan riuh bergelora. Ketika mereka mendirikan Tarawih, mari muraja’ah apa yang telah kita miliki. Perdalam penguasaan Qur-an, baca terjemahan atau mengkaji tafsirnya. Ingatkah, tatkala Rasulullah menyusun barisan pasukan dalam peperangan, mereka yang berada di barisan terdepan adalah mereka yang lebih banyak hafalannya. Mengapa? Karena mereka membawa berkah. Tidakkah kau mau membawa berkah.

Sementara bulan menyisakan sepertiga malam dalam dinginnya air kehidupan, tenggelamkan pikirmu dalam kertas-kertas penuh ilmu. Sinari pemahaman dengan sunnah dan perkaya wawasan dengan sirah. Sebelum mengajar orang lain, kau harus mampu memahami ajaran Islam itu sendiri. Karena, yang tak punya apa-apa tak akan mampu memberi apa-apa.

Perbanyaklah dzikir dan bacalah Al Matsurat saat fajar menyapa atau petang menjelang. Dan ketika venus telah menghilang seiring mentari beranjak garang, bekerjalah. Sejatinya, sebagai muslim harus mampu bekerja produktif dengan ikhlas sebagai pondasi dasar perjuangan di berbagai kehidupannya.

Sebentar., menurutku kita masih bisa berpuasa bukan. Setidaknya puasa bicara, melihat, mendengar dan puasa berpikir.

Kusampaikan pada lidahku, berbicaralah yang benar-benar perlu dan bermanfaat. Jadikanlah ucapanmu berupa dakwah ilallah. Kubisikkan wahai telinga, dengarkanlah apa yang dianggap manfaat, pendengaranmu hanya untuk mengingat Allah. Dan kau, kedua penglihatanku, kita tidak akan melihat sesuatu yang tidak perlu, atau bahkan mengurangi melihat sesuatu yang sebenarnya boleh dilihat.

Bagimu akal, mari kita belajar mengendalikan pikiran dan angan-angan yang bersifat materialistik. Tinggalkan angan-angan dan pikiran rendah duniawi demi mencapai kemuliaan akherat, dan lebih dari itu, kita bahkan harus membuang angan-angan kemuliaan akhirat itu sendiri demi mencapai Illahi, Dzat yang mempunyai kemuliaan dunia akhirat. Semoga terhimpunlah kesenangan dunia dan kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat di dalam hari-hari kita.

Jangan menyerah, inilah momen yang membuka seluas-luasnya kesempatan ruh mengeksiskan dirinya dan mendekap erat-erat fitrah dan karakternya. Semoga kita menjadi alumni terbaik Ramadhan dan meraih Futuh (kemenangan) di bulan Ramadhan. Tentunya semua kembali hanya untuk mengharap keridhaan Nya..

Semoga kelak, jalan yang kutempuh dapat aku banggakan di hadapan Allah dan dapat membawaku ke surga Nya .. Aamiin ..

Selamat berjuang !!!

4 comments:

~eshu mengatakan...

Hayya bil Jihad...........

Rani Zaoldyeck mengatakan...

Yeah... Hayya bil Jihad..
Allahu Akbar!!!

ilham keren deh mengatakan...

semangat banget kalian ini.
baiklah ... semangat !!!

menurut gw, klo kita pol-in semangat ramadhan di sepuluh hari terakhir kyanya sayang banget ya. mendingan dari hari pertama aja dah, biar gede sekalian pahalanya. :)

Rani Zaoldyeck mengatakan...

ka Ilham .. tulisan ini untuk mengingatkan saya yang sudah jebol diawal Ramadhan.. sakit hati saya T-T

yoa kakak..
bakar semangat Ramadhan disetiap detiknya !!!

Posting Komentar

 
;