Si Pandai Besi dan Muridnya

Alkisah., ada seorang pemuda yang ingin jadi pandai besi. Maka., ia pergi mendatangi seorang pandai besi dan meminta pandai besi agar berkenan menerima dia untuk menjadi murid. Si pandai besi menerima permintaan sang pemuda.

Pada hari pertama., si pemuda mengamati apa yang dikerjakan pandai besi itu. Dia belajar tentang peralatan yang dibutuhkan. Hari demi hari., pengetahuannya tentang penempaan besi bertambah.

Pemuda itu belajar dengan sangat cepat. Hingga suatu hari si pandai besi berkata kepadanya., “Nak., sekarang saatnya kau coba keseluruhan proses menempa besi itu sendiri. Ingatlah pengaturan dan ketepatan waktu itu sangat penting.”

Dengan penuh semangat., pemuda itu memulai proses menempa besi untuk pertama kalinya dan sendirian saja. Semuanya berjalan baik., hingga dia mencapai tahap akhir., yaitu benar-benar membentuk besi. Secepat dia bisa., digunakan alat-alat untuk membentuk besi seperti yang diinginkannya.


Sayangnya., dia masih terlalu lambat dan tangannya tidak cukup kuat untuk menempa besi tersebut., sehingga gagal. Maka., dia harus mengulangi semua prosesnya dari awal., memasukkannya kembali dalam tungku panas. Ketika besi itu sudah merah membara ditariknya kembali dan ditempanya kembali. Lagi-lagi., ia gagal.

Ia frustasi. Malamnya ketka istirahat., sang guru tersenyum dan bertanya, “Nak., kamu tau apa apa yang kurang dalam proses tadi?”

“Tidak., rasanya aku sudah melakukannya dengan benar,” jawab pemuda itu bingung.

“Ya., kamu memang bekerja dengan baik., sampai kau tiba dibagian yang menentukan. Tapi kau belum siap ketika besi itu berubah merah. Siagalah. Pintu kesempatan yang kau punya hanya terbuka sebentar sekali., ingatlah nak kau harus menempa selagi besi itu panas.” Nasihat si pandai besi.

Kawan., menempa besi selagi panas sangat persis dengan perbandingan semua kesempatan yang diberikan Allah kepada kita. Kesempatan itu tidak berlangsung lama. Waktu senggang kita., kesehatan., masa muda., kekayaan., dan banyak hal yang lainnya. Semua hanya berlangsung sementara. Saat itulah kita harus mempergunakannya.

Ibnu Umar berkata:

"Jikalau engkau di waktu sore, maka janganlah menantikan waktu pagi dan jikalau engkau di waktu pagi, maka janganlah menantikan waktu sore - untuk beramal baik itu, ambillah kesempatan sewaktu engkau sihat untuk masa sakitmu, sewaktu engkau masih hidup untuk masa matimu."

(Riwayat Bukhari)

Pertanyaannya adalah seberapa cepat kita memanfaatkan kesempatan yang kita punya untuk mengejar segala tujuan kita., baik untuk dunia dan akhirat kita. Berapa banyak kesempatan yang kemudian kita buang percuma secara sadar ataupun pingsan. Lantas., alat-alat apa saja yang telah kita siapkan ketika kesempatan itu datang? Jawabannya ada dalam diri kamu masing-masing.

Adakah yang ingi bergabung bersama-sama ketika harapan itu datang? Mungkin saja kita bisa., kita bisa saling mengingatkan tentang “besi yang sedang kita tempa”



Dan Dia telah menjadikan luas waktu itu bagi dirimu agar masih dikekalkan untuk dirimu bahagian (yakni kesempatan) di dalam membuat pilihan..

Dia telah pun menjamin akan memperkenankannya, pada apa yang telah Dia pilihkan untukmu, bukan pada apa yang engkau pilihkan untuk dirimu sendiri. Dan pada waktu yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau kehendaki..


Get your OPPORTUNITY NOW !!!!

2 comments:

Anonim mengatakan...

tung tung tung...

Rani Zaoldyeck mengatakan...

ariaa...

humm.. nyampah disini ya, hush hush..

Posting Komentar

 
;