Surat Ali bin Abi Thalib kepada Malik bin al-Harits al-Asytar [ I ]

Pendahuluan
Inilah sebuah instruksi dari hamba Allah, Amirul Mukminin, kepala Negara, Ali bin Abi Thalib r.a. kepada Malik bin Harits Al-Asytar, ketika ia diangkat menjadi Gubernur Mesir untuk mengurus pajaknya, memerangi musuh-nya, memperbaiki kondisi penduduknya dan memakmurkan negaranya.

Takut dan Taatlah Hanya pada Allah
Ali memerintahkan pada Gubernur Mesir untuk bertakwa kepada Allah, dan selalu taat kepada-Nya. Mengikuti perintah Allah sebagai-mana tertuang dalam kitab-Nya (Al-Quran), baik perintah yang wajib maupun yang sunnah, lebih dari apapun bahkan permintaan dari para pemilihnya. Tidak menjalankan apa yang tidak sesuai dengan kebijaksaan atau yang dapat membuat seseorang menjadi jahat. Elakkan semua itu dengan menolak dan melawannya, berlindung pada kebesaran Allah dengan segenap hati, tangan (perbuatan) dan lidah (perkataan).[1] Dengan begitu, Allah yang Maha Kuasa akan menolong mereka yang telah membantu-Nya dan akan melindungi mereka yang senantiasa beribadat kepada-Nya.
Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib r.a. memberi nasehat pada Gubernuur itu agar ia mengendalikan hawa nafsu ketika menghadapi syahwat yang bergejolak[2] dan tidak mengikuti-nya. Karena hawa nafsu cenderung berujung pada keburukan, kecuali bagi orang-orang yang dirahmati Allah.

Harta Karun Termahal
Ketahuilah wahai Malik, bahwa aku telah mengangkatmu menjadi seorang Gubernur dari sebuah negeri yang dalam sejarahnya berpengalaman dengan pemerintahan-pemerintahan yang benar maupun yang tidak benar. Sesungguhnya orang-orang akan melihat segala urusanmu sebagaimana engkau dahulu melihat urusan para pemimpin sebelummu. Rakyat akan mengawasimu dengan matanya yang tajam, sebagaimana kamu menyoroti pemerintahan sebelumnya juga dengan pandangan yang tajam.

Mereka akan bicara tentangmu, sebagaimana engkau bicara tentang mereka. Sesungguhnya rakyat akan berkata yang baik-baik tentang mereka yang berbuat baik pada mereka. Mereka akan menggelapkan semua bukti dari tindakan baikmu.

Karenanya, harta karun terbesar akan kau peroleh jika kau dapat menghimpun harta karun dari peruatan-perbuatan baikmu. Jagalah keinginan-keinginanmu agar selalu di bawah kendali, dan jauhkan dirimu dari hal-hal yang terlarang. Dengan sikap yang waspada itu, kau akan mampu membuat keputusan di antara sesuatu yang baik atau yang tidak baik untuk rakyatmu.[3]

[1] Menolong Allah dengan tangan maksudnya adalah berjihad dengan senjata, dengan hati adalah meyakini kebenaran, dengan lisan adalah mengatakan yang hak, memerintahkan yang makruf dan melarang dari yang munkar.
[2] Gejolak nafsu adalah kecondongannya terhadap syahwat dan segala keinginannya. Kata naza’a berarti mencegah.
[3] Amirul Mukminin memerintahkannya untuk bersikap pelit terhadap jiwanya dan dia telah menafsirkan pelit kepada jiwa tersebut, yaitu mengendalikan jiwa dalam perkara yang dicintai atau dibenci, yakni tidak membiarkannya lepas tanpa kendali dalam syahwat. Jadilah pemimpin dan pengatur nafsu dalam pengandaliannya.

0 comments:

Posting Komentar

 
;