Tak Pernah Setengah Hati

Pekan lalu seorang jundi menanyakan kepada qoidnya apakah hari Jumat masuk seperti biasa. "Ya, kita tidak melakukan misa kan Ran" dan pekan ini jundi itu kembali menanyakan hal yang sama. "Ya, kita tidak ikut merayakannya pula kan" jawab sang qoid dengan ringan.

Dua hari merah ada di hari Sabtu, Sabtu yang merupakan hari libur bagi buruh coding seperti saya. Agak berat memang ketika merah itu jatuh di hari Sabtu, menjadi riak bila cuti bersama pun tiada. Jangankan cuti bersama, masuk kantor pun 'full' bukan setengah hari. Tapi ketika saya kembalikan kepada makna, logika dan hati mengalahkan segalanya.

Karena salah satu cara mereka untuk menjauhkan umat Islam dari agama (jalan yang lurus) yakni dengan menyeru dan mempublikasikan hari-hari besar non muslim dan kaum pagan ke seluruh lapisan masyarakat. Kemudian dibuat kesan seolah-oleh hal itu merupakan hari besar yang sifatnya umum dan bisa diperingati oleh siapa saja.

Yah, karena kita tak pernah setengah hati. Dalam memahami Dien ini, dalam mencintai Allah, Rasulullah dan agama ini. Ketika menyatakan kami tidak merayakannya, kami tidak pula menghentikan kegiatan kantor hanya karena SKB tiga mentri. Bukan karena tidak ada toleransi antar umat beragama, karena memang tidak pernah setengah hati. Dan alhamdulillah semua yang bernaung di bendera perusahaan adalah orang muslim. Walau kami berada dalam gerakan dan organisasi Islam yang berbeda. Yap, gerakan dan organisasi Islam yang memang multiwarna dan multigaya ada IM, HT, JT, TS, Salafy dan sebagainya. Ada juga yang Muhammadiyah dan Nahdliyin. Cara kami berbeda tapi tujuan kami sama. Walau sering sekali saya bertentangan dengan pemahaman mereka. ^ ^

Back to the topic,

Tidak merayakan hari raya umat Nasrani dan tahun baru kaum pagan. Karena Natal ataupun Tahun Baru adalah salah satu bentuk syi'ar ibadah kaum pagan yang kafir. Dengan ikut merayakan hari raya (hari besar) mereka artinya memberikan wala’ (loyalitas) kepada mereka dan mendukung mereka dalam menghidupkan syi’ar-syi’ar mereka.

Perayaan tidak hanya berbentuk pesta-pesta atau ucapan selamat ini lah, selamat itulah. Terkadang banyak hal-hal kecil yang tidak kita sadari nyerempet-nyerempet ke arah 'merayakan', misalnya saja : menampakkan rasa gembira pada hari raya mereka (kadang kita merasa gembira, tapi lebih cenderung kepada 'libur' nya daripada maknanya); meliburkan pekerjaan (sekolah); memasak makanan-makanan yang lebih (ikan bakar, ayam bakar sekalian aja sapi bakar); berlibur ke Bali atau tempat wisata, mendatangi konser, acara musik yang menjadi ajang tabarruj dan peluang ikhtilath besar-besaran, yang pengisinya kebanyakan orang-orang cacat aqidah yang menjadi icon thogut masa kini. Hii... ujung-ujungnya diakhiri mabuk-mabukan atau perzinaan. Na'udzubillahi min dzalik.

Bahkan ketika memasuki hypermarket di daerah Depok, para petugas menggunakan atribut topi merah. Ya Allah, bukankah dengan menggunakan atribut tersebut artinya mereka menyerupai dan mendukung hari raya kaum Nasrani. Ada dua pikiran melintas, pertama, mereka tidak faham arti penggunaan atribut tersebut. Dan sebagai aktifis dakwah, wajib bagi kita untuk mengingatkan mereka jika mereka adalah saudara seiman kita. Kedua, mereka paham tapi pemahaman itu menjadi dilematis ketika terbentur masalah keuangan. Mereka bekerja dan harus patuh pada atasan. Tapi bagaimanapun juga mereka harus bisa mengemukakan hak mereka untuk masalah sensitif ini.

Bukankah dengan menggunakan atribut tersebut artinya mereka menyerupai kaum Nasrani. Dan sekedar menyerupai itu pun tidak diperbolehkan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW
“Barang siapa meniru suatu kaum, dia termasuk kelompok mereka,”
Sejenak mencermati surat Al Baqarah ayat 109.

“Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguh-Nya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Masih ada yang setengah hati po? coba meluncur ke TKP ini. Semoga memberikan kesegaran di tengah kehausan. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kaum-kaum setengah hati.

Dan pada malam ini saya akan menyelami lembar demi lembar kitab Manhaj Aqidah Imam Asy Syafi'i. Karena besok tahun baru kaum pagan. Tak ada yang istimewa, paling juga sampah dimana-mana.

Dan bapak, pasti di masjid. Dzikir bersama teman satu ukhuwah. Ah, lagi-lagi bid'ah muamalah, semoga kegiatan itu makin menguatkan temali ukhuwah beliau dengan mereka. Aaaaamin Ya Allah.

0 comments:

Posting Komentar

 
;