One step closer (cooking time)

Hari ini aku bawa bekal makan siang buatanku sendiri. Akhir-akhir ini, aku lebih suka membawa makanan dari rumah dan yang lebih ”amazing” nya, aku memasak dengan menggunakan dua tanganku lho. Dan untuk menyiasati waktu, aku kerap melakukan duet maut dengan adekku. Ternyata bukan soal bisa masak atau tidak, tapi lebih kepada mau masak atau tidak. Bukan juga karena sempat masak atau tidak, tapi lebih kepada rasa ingin menghidangkan cinta untuk keluarga atau tidak. Rabu lalu, aku membubuhkan lada terlalu banyak, alhasil sayur sop yang matang meringkus tubuh dalam kehangatan dan sejenak pedas menjejak pada punggung lidah. Humm, aku memang suka lada.. karena menghangatkan ^ ^ . Hari Jumat ini, aku masak sayur sop lagi, habis aku suka lebih lagi ibun juga suka. Yasudah, sering masak sayur sop deh.

Aku mau kasih tahu kamu beberapa daftar masakan yang membuat bawang, wortel, kentang, dan bahan makanan lainnya merelakan dirinya untuk aku rajang, potong, bahkan cincang dan di tumbuk : Sop Ayam (masakan favoritku, karena mengembalikan stamina tubuh yang lelah dan menghangatkan), Gudeg (ini wajib, karena ayah suka sekali), Bacem, sayur bening dan tumis (dg berbagai macam bahan), Bakwan, Opor Ayam, Rendang, Cumi Masak Kemangi, Ayam Goreng, Telur Balado, Tempe dan tahu goreng dan sambal (yang lebih cenderung manis daripada pedas). Sebenarnya, aku masak tergantung request mereka yang aku sayangi. Jadi, apapun tantangan mereka, aku bismillah aja.

Sebelum memasak, terkadang aku browsing-browsing untuk mencari resep masakan yang menjadi target. Referensinya bisa lebih dari tiga, anehnya beberapa dari mereka menggunakan bumbu yang tidak sama. Nah lo.. daripada bingung, aku gunakan anugerah terindah dan tercanggih pemberian Sang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, yaitu otak ku. Karena memasak buka sebuah praktikum, maka tak perlulah aku menimbang massa dari bahan-bahan makanan, pada kondisi ini ilmu kirologi ku lebih banyak digunakan.. Dan, alhamdulillah.. masakanku bisa dikatakan masih bisa dimakan, habis dan tidak ada yang keracunan.

Namun, satu yang paling menjengkelkan ketika prosesi masak-memasak dimulai adalah ketidakberdayaanku untuk menyalakan kompor. Aku takut api, akhirnya aku minta bantuan adekku untuk menyalakannya. Lucu juga sih kalau dipikir-pikir. Bisa masak tapi belum bisa menyalakan kompor. Yaa.. secepatnya aku berusaha untuk memberanikan diri terhadap api..

Hum, satu tantangan sudah berhasil aku lewati. Ini pembuktian bahwa penyakitku* bisa disembuhkan tanpa perlu penggenapan Dien terlebih dahulu. Kakak, aku membayangkan kondisi saat engkau tertawa ketika mendengar bahwa aku masak Opor Ayam dan Rendang. Seolah kau ndak percaya atas keahlianku yang terpendam. Sayang, makanan yang Insya Allah halal dan thoyyib itu ndak lewat lidahmu.. Udah sold out sih, artinya masakanku enak.. ^ ^ v


penyakitku *

1. sering pulang malam (skrg sdh enggak lagi)

2. konsisten dalam inkonsistensi

3. 'katanya' ga bisa masak

4. kerap bertingkah seperti preman

5. ngeyel.com

0 comments:

Posting Komentar

 
;