Tulisan ini mengenai dua buah rumah Allah dimana Allah mengizinkan saya untuk melalui malam malam Ramadhan tahun ini 1431 H... Kenapa dua masjid itu? Karena, jika saya tulis semuanya, tulisan ini akan menjadi panjang. Sedikit mengenai kisah yang tertoreh didalam dan diluarnya.. Semoga Allah menerima segala amal ibadah kita di malam itu., di hari dan malam malam selanjutnya.. aamiin Allahumma Amin..
Jumat, 3 September 2010
Lagi-lagi saya membuatnya menunggu.. Saya? Transjakartanya kali.. Hehehehe... *ga mau disalahin dot com ^ ^ v Hmm.. seandainya saya meninggalkan kantor jam tiga., mungkin beliau tidak harus menunggu lama.. (tapi mana boleh) Maafkeun saya kawan..
Alhamdulillah.. adzan Isya masih terdengar ketika roda dua milik Eshu chan memasuki teritorial masjid. Ya., masjid rekomendasi temanku untuk itikaf di malam ke dua puluh lima ramadhan tahun ini. Masjid Al Abraar, masjid Orang-orang yang berbakti. Semoga kita menjadi manusia dan pribadi yang berbakti kepada ibu, bapak, suami, keluarga, bangsa, negara dan tentu saja agama. Aamiin..
Seusai Qiamur Ramadhan, kami melanjutkan tilawah kami masing-masing. Saya berazzam untuk mengkhatamkan barisan huruf dalam mushaf saya malam ini.. Dan alhamdulillah, Allah mengizinkannya. Begitu pula halnya dengan Eshu chan yang berniat mengkhatamkan 2 juzz dalam Ramadhan 1431 H ini.
Dibagian ikhwan sepertinya ada diskusi yang 'menarik', tapi kurang jelas terdengar (soale memang tidak menggunakan mik (microphone red)). Selang waktu berganti, sepertinya ada aura pertentangan dan ketidaksepahaman dalam diskusi itu. Ada jamaah yang work out, dan suasana cukup mencekam lho (lebay mode : on). Namun alhamdulillah, everthing is gonna be OK !!
Menjelang pukul 22.00 waktu Jatiwaringin (masjid Al Abraar tepatnya) jamaah akhwat mulai berdatangan. Asik asik.. lumayan lah, ada dua digit jamaah akhwat, jadi lebih berasa, soale di masjid ini dingin banget (pakai AC) dan saya tidak membawa jaket. Pas itikaf ini, saya cuma membawa sarung, mushaf dan sikat gigi saja lho.. No food, no snack, and just money. Paraah... Alhamdulillah, Eshu chan memberikan saya nasi dan ayam kecapnya.. mmm.. yummy.. dan untuk makan sahur ternyata panitia menyediakan jasa pemesanan nasi plus sayur mayur, lauk dan buah-buahan..
Kajian malam ini adalah tentang Ukhuwah Islamiyah... brr... dingin melanda dan mendengarkan kajian dalam pelukan sarung yang tebal. Lewat jam 12 malam saya beranjak tidur. Tidurnya nyenyak lho, padahal kalau dihitung pakai jam angkanya ndak sampai satu bilangan bulat.
Qiyamul Lailnya juga TOP begete.. cos surah yang dibaca itu surah kesukaan Rani., Surah Qaf dan Ar Rahman.. Jika saya masih beredar di Jakarta, saya merencanakan menambatkan hati saya di masjid ini pada Ramadhan tahun depan, Insya Allah.. karena bisa jadi tahun depan saya mungkin mengorbit di luar Jakarta, luar Indonesia, bahkan mungkin luar dunia (alam kubur : red).
Sayangnya, saya hanya satu malam saja di masjid ini. Tapi cinta satu malam di masjid ini buat ku melayang (melinda mode: on). Eh, eh, ketika makan sahur, dititian tangga masjid, kami (saya dan Eshu chan) melihat bulan sabit di ufuk langit lho.. Cantik nian lho.. Subhanallah, sayangnya ga bisa di capture., namun keindahannya akan selalu tercapture di kenangan saya. ^ ^
Nice masjid... Semoga kita menjadi Orang-orang yang berbakti.. Aamiin..
Ahad, 5 September 2010
Masjid yang berada di kompleks Taman Mini Indonesia Indah ini masuk dalam daftar masjid yang saya satroni sebagai tempat itikaf. Selain itu saya ada janji dengan teman saya di masjid ini. Tepat ketika adzan maghrib berkumandang. Saya dan adenya membeli mendoan dan donat. Sebelumnya kami telah membeli cimol dan tela tela. Ketika waktu berbuka tiba, kami mengambil tempat di selasar kanan masjid, tempat yang cukup sepi dan nyaman untuk berduaan (tenang, ini adek kandung saya sungguhan). Saat membuka bekal makanan kami, masya Allah, kami banyak memborong makanan. Ck ck ck ck.. Kata adeknya, “Mba,sering-sering ajak itikaf ya, makmur ” ^ ^ Huft, dasar anak-anak. Setelah cukup dengan makanan berbuka. Kami beranjak sholat maghrib setelah itu tilawah Al Quran.
Ba'da dinner, kami kembali ke masjid dan mengambil tempat di lantai dua agar dapat melihat slide presentasi dari kajian malam ini. Selang beberapa menit setelah kajian berlangsung, saya melihat beberapa akhwat mulai tumbang dalam lelap tidurnya. Hmm, bagaimana keadaan adenya ya? adenya masih mendengarkan kajian dan sedikit bertanya kepada saya jika ada hal yang kurang dipahami. Alhamdulillah, dia masih bertahan hingga saat itu. Senangnyaa..
Waktu berganti waktu.. Saat forum tanya jawab berlangsung, ternyata dia sudah tertidur pulas. Ya Rabbi, padahal kan saya merencanakan pindah dan tidur di lantai tiga setelah kajian usai. Tapi bagaimana lagi, adenya sudah terlelap dan mengambil posisi tidur yang pw (posisi wenak). Mau dibangunkan, tidak tega, padahal beberapa kali dia sempat melingkarkan tangannya di pinggang saya. Bagaimana ini? Baiklah, saya selimuti adenya dengan rukuh supaya hangat dan tidak terlihat oleh yang bukan mahramnya. Karena hijab dilantai dua ini hanyalah kain pembatas setinggi satu meter, jadi mungkin saja tubuh-tubuh yang bergeletakan itu terlihat ‘mengerikan’.
Semakin larut semakin banyak saja akhwat yang melepaskan lelah dengan tidur di lantai dua ini. Saya berpikir.. eww.. tidur di tempat terbuka dengan posisi seperti itu? Sungguh sulit dipercaya. Rasa kantuk pun mulai menyerang saya, namun untuk tidur dalam kondisi ini sungguh sulit untuk diterima. Baiklah saya menunggu jam dua belas malam saja, biasanya lampu penerangan masjid akan dimatikan. Saat itu mungkin saya bisa sejenak melelapkan diri dalam malam Ramadhan milik-Nya. Kembali saya melanjutkan tilawah.
Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Tapi, lampu masjid belum juga dimatikan. Rasanya saya ingin membatalkan niat untuk tidur deh. Sungguh rasa kantuk ini menggila, tapi bagaimana mungkin saya tidur dalam kondisi seperti ini? Akhirnya saya memutuskan untuk tidur dengan posisi duduk dan menunduk. Kurang nyaman dan nyenyak memang, namun bagaimana lagi, masa saya tidur dengan posisi terlentang. Hii… horror sangat. Karena, sebagai perempuan saya sungguh tidak rela jika tidurnya saudari saya terlihat bahkan dilihat oleh orang lain. Begitupula jika nanti saya menjadi seorang istri, saya tidak akan rela jika tidurnya suami saya terlihat bahkan dilihat oleh orang lain. Lalu, bagaimana dengan diri saya sendiri.. Demi Allah, sungguh tidak relaa...
Tepat pukul dua, kami seluruh jamaah itikaf masjid At Tin melakukan sholat Qiyamul Lail dan dilanjutkan dengan muhasabah. Adenya bersimbah air mata, namun dia mengatakan bahwa jeda menangisnya kurang lama, jika muhasabah dengan ka Ihram, dia bisa menangis satu jam-an. Hmm, mungkin lain waktu saya akan mengundang ka Ihram ke rumah untuk menangisi (memuhasabah) adenya.. `)
Yupp... sepertinya, saya lebih memilih masjid 'kampung' untuk itikaf di Ramadhan mendatang. Karena, lebih tenang dan menenangkan.. Dan.. (rahasia)
Jumat, 3 September 2010
Lagi-lagi saya membuatnya menunggu.. Saya? Transjakartanya kali.. Hehehehe... *ga mau disalahin dot com ^ ^ v Hmm.. seandainya saya meninggalkan kantor jam tiga., mungkin beliau tidak harus menunggu lama.. (tapi mana boleh) Maafkeun saya kawan..
Alhamdulillah.. adzan Isya masih terdengar ketika roda dua milik Eshu chan memasuki teritorial masjid. Ya., masjid rekomendasi temanku untuk itikaf di malam ke dua puluh lima ramadhan tahun ini. Masjid Al Abraar, masjid Orang-orang yang berbakti. Semoga kita menjadi manusia dan pribadi yang berbakti kepada ibu, bapak, suami, keluarga, bangsa, negara dan tentu saja agama. Aamiin..
Seusai Qiamur Ramadhan, kami melanjutkan tilawah kami masing-masing. Saya berazzam untuk mengkhatamkan barisan huruf dalam mushaf saya malam ini.. Dan alhamdulillah, Allah mengizinkannya. Begitu pula halnya dengan Eshu chan yang berniat mengkhatamkan 2 juzz dalam Ramadhan 1431 H ini.
Dibagian ikhwan sepertinya ada diskusi yang 'menarik', tapi kurang jelas terdengar (soale memang tidak menggunakan mik (microphone red)). Selang waktu berganti, sepertinya ada aura pertentangan dan ketidaksepahaman dalam diskusi itu. Ada jamaah yang work out, dan suasana cukup mencekam lho (lebay mode : on). Namun alhamdulillah, everthing is gonna be OK !!
Menjelang pukul 22.00 waktu Jatiwaringin (masjid Al Abraar tepatnya) jamaah akhwat mulai berdatangan. Asik asik.. lumayan lah, ada dua digit jamaah akhwat, jadi lebih berasa, soale di masjid ini dingin banget (pakai AC) dan saya tidak membawa jaket. Pas itikaf ini, saya cuma membawa sarung, mushaf dan sikat gigi saja lho.. No food, no snack, and just money. Paraah... Alhamdulillah, Eshu chan memberikan saya nasi dan ayam kecapnya.. mmm.. yummy.. dan untuk makan sahur ternyata panitia menyediakan jasa pemesanan nasi plus sayur mayur, lauk dan buah-buahan..
Kajian malam ini adalah tentang Ukhuwah Islamiyah... brr... dingin melanda dan mendengarkan kajian dalam pelukan sarung yang tebal. Lewat jam 12 malam saya beranjak tidur. Tidurnya nyenyak lho, padahal kalau dihitung pakai jam angkanya ndak sampai satu bilangan bulat.
Qiyamul Lailnya juga TOP begete.. cos surah yang dibaca itu surah kesukaan Rani., Surah Qaf dan Ar Rahman.. Jika saya masih beredar di Jakarta, saya merencanakan menambatkan hati saya di masjid ini pada Ramadhan tahun depan, Insya Allah.. karena bisa jadi tahun depan saya mungkin mengorbit di luar Jakarta, luar Indonesia, bahkan mungkin luar dunia (alam kubur : red).
Sayangnya, saya hanya satu malam saja di masjid ini. Tapi cinta satu malam di masjid ini buat ku melayang (melinda mode: on). Eh, eh, ketika makan sahur, dititian tangga masjid, kami (saya dan Eshu chan) melihat bulan sabit di ufuk langit lho.. Cantik nian lho.. Subhanallah, sayangnya ga bisa di capture., namun keindahannya akan selalu tercapture di kenangan saya. ^ ^
Nice masjid... Semoga kita menjadi Orang-orang yang berbakti.. Aamiin..
Ahad, 5 September 2010
Masjid yang berada di kompleks Taman Mini Indonesia Indah ini masuk dalam daftar masjid yang saya satroni sebagai tempat itikaf. Selain itu saya ada janji dengan teman saya di masjid ini. Tepat ketika adzan maghrib berkumandang. Saya dan adenya membeli mendoan dan donat. Sebelumnya kami telah membeli cimol dan tela tela. Ketika waktu berbuka tiba, kami mengambil tempat di selasar kanan masjid, tempat yang cukup sepi dan nyaman untuk berduaan (tenang, ini adek kandung saya sungguhan). Saat membuka bekal makanan kami, masya Allah, kami banyak memborong makanan. Ck ck ck ck.. Kata adeknya, “Mba,sering-sering ajak itikaf ya, makmur ” ^ ^ Huft, dasar anak-anak. Setelah cukup dengan makanan berbuka. Kami beranjak sholat maghrib setelah itu tilawah Al Quran.
Ba'da dinner, kami kembali ke masjid dan mengambil tempat di lantai dua agar dapat melihat slide presentasi dari kajian malam ini. Selang beberapa menit setelah kajian berlangsung, saya melihat beberapa akhwat mulai tumbang dalam lelap tidurnya. Hmm, bagaimana keadaan adenya ya? adenya masih mendengarkan kajian dan sedikit bertanya kepada saya jika ada hal yang kurang dipahami. Alhamdulillah, dia masih bertahan hingga saat itu. Senangnyaa..
Waktu berganti waktu.. Saat forum tanya jawab berlangsung, ternyata dia sudah tertidur pulas. Ya Rabbi, padahal kan saya merencanakan pindah dan tidur di lantai tiga setelah kajian usai. Tapi bagaimana lagi, adenya sudah terlelap dan mengambil posisi tidur yang pw (posisi wenak). Mau dibangunkan, tidak tega, padahal beberapa kali dia sempat melingkarkan tangannya di pinggang saya. Bagaimana ini? Baiklah, saya selimuti adenya dengan rukuh supaya hangat dan tidak terlihat oleh yang bukan mahramnya. Karena hijab dilantai dua ini hanyalah kain pembatas setinggi satu meter, jadi mungkin saja tubuh-tubuh yang bergeletakan itu terlihat ‘mengerikan’.
Semakin larut semakin banyak saja akhwat yang melepaskan lelah dengan tidur di lantai dua ini. Saya berpikir.. eww.. tidur di tempat terbuka dengan posisi seperti itu? Sungguh sulit dipercaya. Rasa kantuk pun mulai menyerang saya, namun untuk tidur dalam kondisi ini sungguh sulit untuk diterima. Baiklah saya menunggu jam dua belas malam saja, biasanya lampu penerangan masjid akan dimatikan. Saat itu mungkin saya bisa sejenak melelapkan diri dalam malam Ramadhan milik-Nya. Kembali saya melanjutkan tilawah.
Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Tapi, lampu masjid belum juga dimatikan. Rasanya saya ingin membatalkan niat untuk tidur deh. Sungguh rasa kantuk ini menggila, tapi bagaimana mungkin saya tidur dalam kondisi seperti ini? Akhirnya saya memutuskan untuk tidur dengan posisi duduk dan menunduk. Kurang nyaman dan nyenyak memang, namun bagaimana lagi, masa saya tidur dengan posisi terlentang. Hii… horror sangat. Karena, sebagai perempuan saya sungguh tidak rela jika tidurnya saudari saya terlihat bahkan dilihat oleh orang lain. Begitupula jika nanti saya menjadi seorang istri, saya tidak akan rela jika tidurnya suami saya terlihat bahkan dilihat oleh orang lain. Lalu, bagaimana dengan diri saya sendiri.. Demi Allah, sungguh tidak relaa...
Tepat pukul dua, kami seluruh jamaah itikaf masjid At Tin melakukan sholat Qiyamul Lail dan dilanjutkan dengan muhasabah. Adenya bersimbah air mata, namun dia mengatakan bahwa jeda menangisnya kurang lama, jika muhasabah dengan ka Ihram, dia bisa menangis satu jam-an. Hmm, mungkin lain waktu saya akan mengundang ka Ihram ke rumah untuk menangisi (memuhasabah) adenya.. `)
Yupp... sepertinya, saya lebih memilih masjid 'kampung' untuk itikaf di Ramadhan mendatang. Karena, lebih tenang dan menenangkan.. Dan.. (rahasia)
3 comments:
backtrack :D
--> http://eshunonikki.blogspot.com/2010/09/itikaf.html
meluncur ke TKP
jiaaaaaaaaaaaah,,,
Posting Komentar