Apa kau akan merengek-rengek kepada-Nya meminta kembali sesuatu yang nyaris halal untukmu?
Apa kau akan meratap-ratap kepada-Nya memohon perulangan untuk kehidupan kedua?
Apa kau akan mengiba-iba kepada-Nya mengharap penyegeraan kesembuhan orang kau cinta?
Apa rengekan, ratapan dan pengibaanmu dapat menyelesaikan semuanya? Ah, setidaknya itu akan membuatmu sedikit lebih sadar eksistensimu sebagai pengharap dan hanya Allah lah satu-satunya tempat kau berharap. Kau masih perlu berusaha, berusaha dan kau akan kuat.
Dalam hidup ini, ujian yang datang dalam berbagai macam jelmaan; fitnah, bala, dan musibah harus dihadapi dengan jiwa tenang dan besar. Dalam suroh At Taubah ayat 51, Allah berfirman:
Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal."
Tidak ada satupun musibah yang terjadi kecuali sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah bagi makhluknya. Jangan pernah berpikiran bahwa orang beriman lepas dari masalah, kadang kala Allah ingin menguatkan iman dan ingin menguatkan aspek tarbiyah dengan cara memberikan ujian. Pernah dengar filosofi “semakin tinggi pohon semakin kencang pula angin yang menerpa”. Begitu pula dengan iman, semakin tinggi tingkatan iman seseorang, maka semakin besar pula ujian yang Allah SWT berikan.
Setiap insan akan terukur kekuatan ruhiyahnya bila sudah dibenturkan dengan masalah. Mereka yang hidup di pesantren belum tentu ruhiyahnya bagus. Wajar, karena mungkin peluang untuk bermaksiat sedikit atau sangat kecil. Beda dengan mereka yang hidup di luar lingkungan pesantren, dimana dihadapkan pada kondisi yang tidak terkondisikan.
Orang akan dikatakan ruhiyahnya bagus, memiliki ketahan aspek-aspek tadzkiyatun nafs yang baik ketika dia mengoptimalkan ibadah, memahami sunatullah dalam hidup dan setelah itu dibenturkan dengan masalah. Saat mengalami tribulasi dakwah sangat tinggi, setiap menemui masalah akan kembali kepada Allah dengan melakukan ibadah. Sementara itu tarbiyah quraniyah terus berjalan. Ketika dibenturkan problem dakwah, ditabrakkan dengan penegakan amar maruf nahi munkar, dihadapkan dengan masalah keluarga, masalah ekonomi, setiap dibenturkan masalah selalu kembali pada Allah dan melakukan tadzkiyatun nafs. Seperti pisau, diasah digunakan, diasah digunakan. Jika diasah hanya untuk disimpan, buat apa diciptakan pisau.
Semua manusia berkeinginan tidak menemui masalah, punya keinginan hidup bahagia, tidak pernah sakit, hidup kecukupan, rejeki banyak dan berkah. Tapi kehendak Allah tidak demikian. Takdir Allah tetap berjalan. Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah seorang hamba Mu’min yang ditimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan sebagaimana yang diperintahkan Allah, ”Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami kembali kepada-Nya, ya Allah berilah pahala dari musibahku dan gantilah aku dengan hal yang lebih baik darinya,” kecuali pasti Allah akan memperkenankannya” (HR Muslim)
Ketika kita mengalami masalah, kembalilah kepada Allah, mintalah pertolongan pada-Nya. Ketika hendak mendapatkan pertolongan maka jadikanlah Allah sebagai partner, senantiasa bersama Allah. Barang siapa yang bertaqwa, dan tawakal kepada Allah, yang menjadikan Allah sebagai partner maka masalah itu akan selesai. Lantas, bagaimana caranya untuk mendapatkan pertolongan Allah?
Pertama, adalah dengan do’a. Do’a adalah salah satu sarana ibadah kepada Allah. Bahkan Allah memuji sebagian hamba-Nya dengan firman-Nya: ”Dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas.” (QS. Al Anbiya: 90). Dan do’a yg paling bagus adalah dalam sholat. Langkah kedua, adalah dengan sabar. “La tahzan, innallaha ma'ana. Janganlah engkau bersedih, sungguh Allah bersama kita”. Kita menghadapi problem kehidupan tidak sendirian. Tapi bersama Allah, Ketiga adalah dengan memahami sunatullah. Tidak ada satupun ceritanya manusia beriman tidak diuji oleh Allah. Allah tidak akan pernah mengingkari janjinya. Janji Allah pasti akan terjadi pasti akan terlaksana kalau seseorang miliki ketsiqohan, tsiqoh kepada Allah.
Ketika semua telah diupayakan, tempat kembali kita adalah meminta kepada Allah SWT. Kita sebagai hamba yang lemah yang tidak memiliki apapun, Yang Maha Kaya hanyalah Allah SWT, Yang Maha Memiliki sesuatu hanyalah Allah SWT, Allah itu adalah Maha Kaya dan kita hanyalah hamba yang fuqoro, hamba yang miskin, karena sekaya apapun makhluk dalam harta sesungguhnya ia berada dlm keadaan fakir. Kita butuh Allah SWT. Tidak ada satu waktu terlewatkan tanpa membutuhkan Allah. Fitrahnya muncul saat kita menghadapi masalah dunia apalagi masalah akhirat. 'Alaa kulli haal ..
Sesungguhnya pertolongan itu bersama dengan kesabaran dan kemudahan itu bersama kesulitan. Selesaikanlah dengan sabar. Sabar dalam bertindak dan sabar dalam menjalani qadha-Nya. Bila diberi musibah, hendaknya kau lebih senang, karena bersabar dalam kesenangan lebih berat daripada bersabar terhadap musibah. Kuatkan hatimu dengan sabar, taslim (menerima) dan ridha kepada qadha Allah SWT.
Bila kau mencintai Dia yang mengasihimu, maka cintailah apa yang diperbuat-Nya untuk dirimu, “Luka tidak akan terasa sakit jika engkau ridha bukan?”
"Dengan nama Allah bagi diriku, hartaku dan agamaku. Ya Allah, jadikanlah aku ridha atas keputusanMU dan berilah aku berkah pada apa saja yang telah ditetapkan untukku. Sehingga aku tidak menginginkan disegerakan apa yang telah Engkau tunda dan tidak menginginkan penundaan apa yang telah Engkau segerakan "(HR. Ibnu Suni)